Tempat wisata Bulukumba yang bernilai sejarah sangatlah banyak. Sayang tak banyak orang tahu di mana saja lokasinya. Meski teknologi yang kian berkembang. Daerah ini masih sangat jarang dieksplor dengan baik oleh para pencinta wisata sejarah.
Tempat Wisata Bulukumba yang Bernilai Sejarah
Hal menarik lainnya: tempat wisata di bantaeng, penginapan di bulukumba, tempat wisata bulukumba terbaru, wisata baru bulukumba jembatan kaca, kolam renang di bulukumba, wisata tanjung bira, tempat nongkrong di bulukumba, tempat bersejarah di kota bulukumba
Baca Juga Pantai Samboang Bulukumba Miliki Hamparan Pasir Putih
Kabupaten Bulukumba yang juga digelar BUTTA PANRITA LOPI terkenal membuat perahu pinisi merupakan warisan nenek moyangnya yang sekarang ini dapat kita menyaksikan di beberapa daerah di Nusantara tempat pembuatan Perahu Pinisi seperti di Gresik Jawa Timur, Batu Licin Kodya Banjar, Sampit bahkan sudah menjangkau Irian Jaya. Para pengrajin perahu dari Bulukumba, Pembuatan perahu didapati pada hampir setiap pesisir pantai Bulukumba.
Pembuatan Perahu Pinisi
Di Bulukumba tepatnya di Tana Beru di pesisir pantai berjarak 24 km dari ibukota kabupaten Bulukumba di tempat inilah Perahu Pinisi Nusantara yang mengarungi Samudra Pasifik sampai ke Vancouver Canada, Ammanagappa yang berlayar sampai ke Managaskar serta Hati Marege dan Damar Sagara yang masing-masing berlayar ke Australia dan Negeri Sakura Jepang.
Baca Juga Tempat Wisata di Sinjai Utara Ada Batu Tua Pesan untuk Anak Cucu
Berada di tempat pembuatan perahu ini akan merasa kagum melihat kepiawaian masyarakat Bonto Bahari membuat Kapal / Perahu Tradisional.
Setiap pembuatan perahu ditandai dengan upacara ritual yang spesifik. Pembuatan perahu pinisi yang tradisional dibuat dengan memadukan keterampilan teknisdan kekuatan magis serta uniknya setiap bagian kapal sarat dengan Falsafah.
Apabila kita berada pada tempat pembuatan perahu ini akan terlena mendengar suara peralatan tradisional yang menyatu dengan deburan ombak.
Baca Juga Peran Perempuan Dalam Masyarakat
Amma Toa salah satu Tempat Wisata Bulukumba Bernilai Sejarah
Terletak di Desa Tanah Toa di Kecamatan Kajang berjarak 56 km dari ibukota kabupaten Bulukumba kawasan ini tampak unik berbeda dengan wilayah desa lainnya.
Keteguhan masyarakatnya berpegang pada pesan-pesan leluhurnya yang disebut PASANGNGA RI KAJANG dimana keaslian budaya dan hanya dan alamnya yang tetap bertahan, masyarakatnya sangat taat pada peraturan adat, pola kehidupannya sangat sederhana, pakaian serba hitam bangunan rumahnya seragam, dan senang menghadap ke utara.
Pengunjung yang akan mengunjungi kawasan adat ini diharuskan berjalan dan berpakaian hitam pula. Kawasan adat ini dipimpin oleh seorang pemimpin adat yang bergelar Amma Toa.
Baca Juga Penukaran Uang Koin 500 Menjadi Rp750 Ribu Tidak Benar
Sebagai pemimpin adat yang spiritual dianggap oleh pengikutnya sebagai orang suci dan masa kepemimpinannya seumur hidup.
Daerah ini terisolasi dari dunia modern, masyarakat kawasan Amma Toa sampai sekarang mempertahankan kelestarian hutan menurut pesan leluhur mereka pantangan merusak hutan, bila ada yang melanggar aturan adat atau pesan leluhur maka akan dikenakan sanksi yang diputuskan melalui musyawarah adat yaitu Adat Lima Karaeng Tallu.
Di dalam kawasan ini terdapat berbagai atraksi seni seperti musik Basing-Basing yang dalam memainkannya diiringi dengan lagu yang syairnya berupa pesan-pesan tentang kehidupan, selain itu pula terdapat seni Tari Pabitte Passapu.
Makam Datuk Ri Tiro
Makam Datuk Ri Tiro terletak di ibukota kecamatan Bontotiro. 34 km dari Kota Kabupaten Bulukumba.
Datuk Ri Tiro dalam menyebar luaskan ajaran agama Islam memulai dari sebuah Desa yakni Hila-Hila yang sekarang menjadi ibukota kecamatan Bontotiro.
Baca Juga Sejarah Nokia, Harga Nokia, Kehebatan Nokia
nama Hila-Hila itu sendiri berasal dari pengakuan masyarakat menerima ajaran Islam dengan Kalimat Lailaha Illallah sebagai pegangan hidupnya sebagai bukti nyata akan keberadaan Datuk Ri Tiro
di samping makam beliau yang terletak di Hila-Hila juga sumur yang memanjang sampai ke laut yang sampai saat ini senantiasa ramai dikunjungi oleh orang-orang dari luar kecamatan Bontotiro maupun di luar kabupaten Bulukumba utamanya pada bulan-bulan tertentu.
Kehadiran Datuk Ri Tiro untuk pertama kali mengajak dan menyiarkan agama Islam di daerah ini bersama dengan dua orang rekannya yang berasal dari negeri Melayu mereka itulah:
- Datuk Ri Bandang bernama Abdullah Makmur Khatib Tunggal dengan mengajarkan Ilmu Syariah.
- Datuk Patimang bernama Sulaiman Khatib Sulung dengan mengajarkan Ilmu Tauhid (ilmu kalam).
- Datuk Ri Tiro bernama Maula Abdul Jawad Khatab Bungsu yang mengajarkan Ilmu Tasauf.
Datuk Ri Tiro pertama kali tiba di Limbua dimana mata air yang di situ erat kaitannya dengan kehadiran beliau dari Limbua selanjutnya ia ke Hila-Hila bermaksud sholat tidak mendapat air untuk berwudhu, sehingga ia menggali sumur dan timbullah mata air yang sekarang disebut Buhung Labbua.
Dato Ri Tiro membangun sebuah mesjid yang berlokasi di dekat Buhung Labbua, namun oleh pemerintah setempat pada waktu itu dipindahkan di Kota Hila-Hila dan mesjid tersebut masih ada sampai sekarang tetapi sudah mengalami perubahan.
Datuk Ri Tiro maksud kedatangannya mengajarkan agama Islam dan yang pertama disampaikan adalah Raja Tiro yang pada waktu itu adalah “LAUNRU DAENG BIASA” yang dijuluki Karaeng Angbibia (ambibi artinya menggigil) memerintah pada tahun 1596 – 1625 masehi.
Pemahaman Raja terhadap agama Islam meresap pengembangan agama Islam yang dibawa oleh Bapak Tiro yang pengembangannya secara berkelompok bernama CABOGO disinilah pertama kali mengadakan penyunatan massal yang dimeriahkan dengan pemotongan kerbau jenis cabogo artinya kerbau yang perawakan tubuhnya pendek.
Datok Tiro mengembangkan wilayah Dakwahnya sampai ke Bira yang dibantu oleh sahabat akrabnya yang bernama Syekh Abdullah Rahman dan tempat pertamanya yaitu pada tempat ketinggian yang ada di Bira yang sekarang disebut Puang Anggo Syekh Abdullah Rahman meninggal di Bira dan sampai kini kuburan dan tempat pertapaannya masih ramai dikunjungi orang. Ini sangat bisa dijadikan sebagai tempat wisata bulukumba yang bernilai sejarah.