Persekutuan Gereja-Gereja Mandiri Indonesia

Persekutuan Gereja-Gereja Mandiri Indonesia – Gereja mandiri adalah gereja yang memiliki pemerintahannya sendiri. Gereja ini memiliki pasal-pasal seperti pentingnya pemerintahan sendiri, kegiatan pemerintah sendiri, dan tanggung jawab sendiri, pokoknya semua yang serba mandiri.

Sebaiknya pelajari juga tentang 5 organisasi gereja di indonesia, pgi adalah, anggota pgi, persekutuan gereja-gereja di indonesia, gereja non pgi, website pgi, persekutuan gereja katolik, apakah gereja katolik masuk pgi

Persekutuan Gereja-Gereja Mandiri Indonesia

Adanya pasal-pasal dalam persekutuan gereja-gereja mandiri Indonesia ini memiliki tujuan. Beberapa tujuan memelajari pasal tersebut adalah untuk mengenali patokan doktrin suatu bagian pemerintahan mandiri di gereja, mengenal tanggung jawab para pemimpin, mengenali alasan mengapa perlu adanya pemerintahan sendiri, serta menjelaskan pernyataan bahwa adanya pemerintahan sendiri itu akan menyumbangkan pendewasaan bagi kegiatan rohani di gereja.

Pentingnya Pemerintahan Sendiri

Seperti yang sudah disebutkan di atas adalah satu tujuan dari memelajari pasal yaitu mengenali alasan mengapa diperlukan pemerintahan sendiri. Mengapa perlu adanya pemerintahan sendiri?

Jika ada sebuah geraja yang baru saja diresmikan atau dibuka maka harus ada tiga tujuan pokok, yang terdiri atas perkembangan sendiri, pemerintahan sendiri, dan swasembada. Jika dari ketiga tujuan itu ada yang tidak terpenuhi salah satunya maka gereja tidak akan tumbuh dengan sukses.

Baca Juga Gereja di Indonesia, Bangunan Gereja Protestan Terindah

Walaupun adanya pemerintahan sendiri itu sangat sulit untuk dicapai, namun kehidupan gereja pada masa berikutnya bergantung kepada pemerintahan sendiri tersebut. Tanggung jawab rohani tidak akan bisa mencapai tujuan jika tidak ada pemerintahan sendiri.

Sangat bijaksana jika seorang pendiri gereja menyadari kebutuhan adanya kegiatan mandiri dan bisa memenuhi itu dalam waktu yang tepat, jika tidak maka ketidakpuasan akan didapat di dalam gereja. Ketidakpuasan bahkan adanya perpecahan di gereja bisa dicegah jika sedari awal pemerintahan dari semua persekutuan gereja-gereja mandiri Indonesia sudah dilakukan sedemikian rupa.

Gereja Mandiri yang Dewasa

Salah satu tokoh yang dapat dijadikan contoh bagi pendiri gereja adalah Paulus. Dia tidak hanya mencari orang berdosa untuk bertobat saja, Namun juga mendirikan banyak gereja yang dibangun untuk melanjutkan penyebaran Alkitab Nasrani (Injil). Walaupun demikian, di dalam alkitab tidak dijelaskan bagaimana prosedur yang dilakukan olehnya dalam menyusun organisasi gereja.

Alkitab juga adalah sebuah sarana dan pedoman untuk pendirian gereja, serta membantu orang-orang atau gereja baru dalam mengambil keputusan. Dengan adanya pembuatan keputusan sendiri, orang akan menghargai adanya pendapat dan kedewasaan di gereja.

Jika para pemimpin sanggup untuk menjadi lebih matang atau dewasa maka gereja dapat lebih mudah membentuk pemerintahan sendiri. Keputusan sendiri juga dapat membuat gereja bisa menerima tanggung jawab dalam menyelesaikan usaha sendiri dengan cara terbaik dalam melayani Allah.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh para pendiri gereja yang mandiri adalah memilih tempat pertemuan, memimpin pertemuan dalam memahami Alkitab, menerangkan jenis kebaktian, menentukan jam-jam kebaktian, dan mengajarkan perlu adanya ibadah.
Tujuan kedua dalam gereja mandiri adalah mengenali langkah yang memungkinkan banyak orang percaya kepada persiapan diri dalam membangun gereja berpemerintahan mandiri.

Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah bertobat dan mendapatkan banyak perngajaran. Seperti dalam pengajaran I Pet 3:5 yang menjelaskan tentang pentingnya kepercayaan yang dimiliki “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada setiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu terhadap pengharapan yang ada pada kamu.”

Jika ada orang yang percaya dan dapat menyatakan keyakinannya sendiri tentang kristen maka mereka memiliki persekutuan sendiri dalam gereja. Semua itu perlu adanya patokan doktrin yang diterima oleh semua orang yang percaya.

Tanggung Jawab Pemerintahan Sendiri

Demi pelaksanaan tanggung jawab pemerintahan sendiri, kebanyaan gereja mengganggap rapat kerja gereja sebagai kegiatan penting. Apabila gsgasan atau pendapat mengenai aturan yang muncul dalam rapat kerja bersifat baru, jemaat perlu mendapatkan pembinaan terlebih dahulu.

Pembinaan ini bertujuan, supaya gagasan mengenai peraturan yang baru, bisa dengan mudah dipahami oleh para jemaat. Apabila pembinaan tidak berpengaruh sama sekali bagi jemaat, pendiri gereja atau gembala tidak perlu bersikeras memahami gagasan baru tersebut. Akan tetapi, pendiri gereja harus bisa menjabarkan pedoman dasar mengenai gagasan tersebut kepada para jemaat.

Pedoman dasar diberikan pendiri gereja atau gembala melalui pengajaran dan teladannya. Pendiri gereja harus memperlihatkan kepada para jemaat, dengan menuruti atau menjalankan prosedur tertentu, akan sangat memudahkan pelaksanan kerja. Selain itu, dengan menuruti aturan atau prosedur yang ada, akan menambah persatuan dan mencegah ungkapan kemarahan berupa pembicaraan yang tidak bermanfaat (sia-sia).

Rapat Kerja Majelis Gereja

Banyak majelis gereja yang mengikuti kebiasaan mengadakan rapat sekali sebulan. Bahkan bila perlu, majelis gereja juga mengadakan rapat khusus. Majelis gereja mengadakan rapat bulanan dengan waktu yang tetap.

Apabila dalam rapat bulanan tersebut, sama sekali tidak ada topik pembicaraan khusus, biasanya diisi dengan kegiatan doa bersama. Majelis gereja berangapan bahwa dengan mengadakan rapat kerja secara rutin, akan memelihara hubungan kerjasama yang baik.

Untuk memastikan rapat majelis itu bisa berjalan dengan lancar, sebagai ketua majelis harus membawa suatu agenda yang telah dipersiapkan dengan matang. Setiap anggota majelis dapat menambahkan saran atau masukan sesuai pendapat mereka masing-masing. Kebanyakan majelis mengganggap topik dalam setiap rapat akan lebih berguna jika ditulis. Untuk itu, ada salah seorang yang ditunjuk sebagai notulen, untuk menuliskan semua keputusan dalam rapat tersebut.

Rapat-rapat majelis biasanya bertujuan untuk membicarakan dan merencanakan pengelolaan keuangan gereja. Baik dalam menentukan rencana pembangunan maupun perluasan mengenai pelayanan gereja. Untuk menyampaikan pendapat, setiap jemaat biasanya harus menyusun sebuah laporan yang berisikan masukan-masukan terkait hal-hal yang memajukan gereja.

Majelis akan membuat keputusan dari semua masukan yang ada, untuk dibuatkan suatu perencanaan. Perencanaan tersebut nantinya akan disampaikan kepada badan gereja untuk memperoleh persetujuan. Untuk pelayanan gereja, majelis akan memudahkan semua pelayanan gereja, bila suatu proyek atau pelayanan yang baru bisa dijalankan.

Apabila suatu gereja bisa tumbuh dan memperluas pelayanannya, perlu mengadakan rapat kerja gereja sekurang-kurangnya sekali setahun. Pada rapat kerja gereja semua anggota harus hadir. Selain itu, setiap angota mempunyai peranan yang sama alam rapat ini.

Bisanya, dalam rapat ini badan gereja mendengarkan laporan mengnai gereja, baik tentang keuangan maupun pelayanannya. Dalam rapat kerja gereja ini, badan gereja bukan hanya mendengar laporan, melainkan juga menerima anggota baru. Nantinya, badan gereja akan meminta persetujuan dari anggota lama. Apabila anggota dan majelis sudah meneatakan persetujuannya, anggoat tersebut dinyatakan resmi sebagai anggota.

Rapat Kerja Gereja

Rapat kerja gereja ternyata tidak selalu diisi dengan laporan mengenai gereja, tapi juga acara lainnya. Apabila ada sebuah masalah yang terjadi pada gembala atau pendiri gereja, rapat tersebut digunakan untuk memilih seorang gembala baru. Tidak heran, jika rapat ini dianggap penting bagi kelangsungan kemajuan gereja dan para anggotanya.

Dengan adanya rapat ini,mengajarkan kepada semua anggota untuk bijak dalam mengambil suatu keputusan. Tentu saja yang diharapkan dari rapat ini adalah keputusan terbaik untuk semua pihak.

Rapat kerja gereja ini, tidak dijadikan sebagai suatu kegiatan formal, tapi alat pemersatu setiap anggoatanya. Tidak bisa dipungkiri intansitas rutin bertemu, membuat satu persatu anggotanya menjalin keakraban. Keakraban yang terjalin akan mempermudah mereka meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan.

Jadi, jika ingin gereja bisa maju dalam hal pembangunan maupun pelayanannya, tanamlah rasakekeluargaan didalamnya. Dengan begitu, kemajuan sebagai gereja yang mandiri bisa terwujud dengan mudah.

Nah, sekarang sudah tahu kan informasi seputar langkah-langkan menjadi gereja yang mandiri. mulai dari pentingnya pemerintahan sendiri sampai dengan rapat kerja gereja.

Demikianlah artikel seputar persekutuan gereja-gereja mandiri Indonesia . semoga informasi yang disajian bermanfaat bagi para pembaca, terutama umat kristiani.

LihatTutupKomentar