Kerikil Mulia, Disukai Preman Sampai Presiden

Sejak zaman Mesir kuno sampai zaman teknologi canggih, mitos watu mulia sebagai pembawa keberuntungan tetap tidak hilang. Perhatikan saja, mulai dari preman, pelawak, ibu rumah tangga, peragawati, sampai raja dan presiden, mereka menggemari dan memakai batu mulia. Sebenarnya, dari mana daya tarik batu ini?

Ada yang bilang jikalau mengenakan batu mulia akan dikasihi oleh musuh jenis, ada pula kerikil yang membuat abadi muda, penyembuh penyakit, bahkan ada yang yakin batu jenis tertentu bisa menciptakan pemakainya kebal senjata. Terlepas dari semua itu, keindahan dan efek psikologis yang terpancar dari kerikil mulia memang menciptakan semua orang jatuh cinta.

Hidup di daerah yang sejarah geologinya telah dimulai sejak zaman Siliur atau lebih dari 410 juta tahun yang lalu, dan selama itu mengalami peristiwa tektonik dan vulkanik yang tidak pernah berhenti, maka Indonesia diketahui sebagai daerah yang mempunyai aset batu mulia yang sangat berpeluang.

Secara umum, kerikil mulia terdiri atas dua golongan utama, ialah batu permata mulia (precious stone) dan kerikil permata setengah mulia (semiprecious stone). Di antara batu permata mulia, cuma intan atau diamond yang didapatkan secara hemat dan ditambang semenjak abad ke-16, sementara yang yang lain, mirip mirah delima (ruby), safir (sapphire) dan zamrud (emerald) baru merupakan indikasi saja.

Berbeda dengan batu permata mulia, batu permata setengah mulia ditemukan di hampir seluruh propinsi di Indonesia. Jenisnya sungguh beragam dan keindahannya tidak kalah dengan kerikil mulia sejenis dari mancanegara mirip opal, kecubung, akik, krisopras, krisokola, dan lain-lain. Karena keindahannya, maka 24 jenis watu mulia asli Indonesia sudah diabadikan dalam perangko Republik Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, semenjak 1997 sampai 2001.

Lambang zodiak

Batu mulia sejak zaman dahulu sampai kini masih dipercaya selaku lambang zodiak (lihat boks). Meski doktrin ini sudah berkurang, tetapi kerikil yang bekerjasama dengan bintang kelahiran masih ada yang memakainya.

Selain jenisnya yang beragam, warna watu mulia juga sangat beragam, mulai dari merah, kuning, hijau, biru, atau putih. Kalau dahulu watu mulia hanya terkenal sebab digunakan untuk cincin, kini aneka perhiasan mirip gelang, kalung, anting, bros, pin atau tasbih juga dibuat dari watu mulia. Untuk memperbesar keindahannya, watu mulia tersebut didesain dan digabungkan dengan berlian, emas, dan emas putih. Dari yang berharga puluhan ribu sampai ratusan juta rupiah.

Intan

Di antara berbagai jenis watu mulia, intan memang yang paling mahal dan paling tinggi nilainya. Batu ini ialah batu yang paling keras dan memiliki cahaya paling terang di antara watu mulia yang lain alasannya adalah memiliki susunan kristal kubus. Terdapat sembilan unsur kristal yang dimiliki oleh intan. Hal inilah yang menyebabkan pantulan-pantulan sinar yang masuk ke dalam ruang intan tidak dibiaskan ke satu arah, akan tetapi ke sembilan berdiri kristal ruang dan membuat kilauan indah intan tersebut.

Imas Sumardini, seorang penggemar kerikil mulia asal Jakarta, menyebutkan alasan mengapa dia menggemari tambahan dari kerikil mulia, “Warnanya indah, disamping itu nilai investasinya juga tinggi”. Wanita yang menggemari batu mulia jenis kecubung ini, mengaku mulai terpesona pada batu mulia semenjak beliau mengikuti suaminya yang ditugaskan di Kalimantan.

Kini koleksinya sudah meraih puluhan dan mungkin akan terus bertambah, alasannya dikala dijumpai KCM, ia sedang berbelanja sebuah kalung yang dironce dari batu kecubung di festival watu alam dan komplemen, di lapangan banteng, Jakarta, beberapa waktu lalu Kecubung (amethyst) yang memiliki warna ungu, semenjak lama diketahui selaku batunya raja. Mahkota para raja dan ratu yang megah itu pun banyak yang bertahtakan batuan amethyst.

Salah seorang desainer kerikil mulia, Ria, menerangkan bahwa meskipun Indonesia kaya akan batu mulia, namun secara desain dan hasil tamat masih kalah dibanding bikinan dari negara lain. “Mesin pemotong dan pembolong yang dimiliki pengrajin lokal masih sederhana. Dibandingkan dengan produksi luar negri kita kalah jauh, padahal batu kita elok-elok loh”, ungkapnya.

Wanita yang semula menolong bisnis suaminya berdagang watu permata ini, menuturkan awal mulanya dia terjun ke bisnis aksesoris dari watu mulia. Awalnya dia tidak kesengsem pada batu mulia sebab era itu rancangan akesoris watu mulia dinilainya menjemukan. Lalu 8 tahun yang lalu mulailah beliau mendesain aneka kalung, gelang atau anting-anting.

Batu semi mulia seperti kecubung, coral, turquise, zamrud, sampai topaz ia desain menjadi banyak sekali aksesoris mempesona. Ternyata banyak orang yang menyukai desainnya, dagangannya pun laris manis dibeli orang. Kini dia telah mempunyai karyawan 8 orang. “Butuh kreatifitas dan rasa suka pada kerikil mulia untuk bisa berhasil di bisnis ini”, ujarnya memberi nasehat.

Mitos

Dengan keindahan dan mitos keberuntungan yang melingkupinya, daya tarik kerikil mulia tidak akan luntur oleh pergeseran zaman dan kehebatan teknologi.

Batu ruby diyakini memberikan kebahagiaan dan memperbesar wibawa pemakainya. Batu ini tergolong kerikil yang sangat disenangi sebab warna merahnya dapat bersinar di kawasan gelap dan dapat berpijar bila diterangi sinar ultraviolet.

Batu zamrud beda lagi. Batu ini dipercaya mampu menenteng keberuntungan, disamping itu watu zamrud tahan panas dan tidak mudah berubah warna, meski termasuk rapuh. Topaz ialah kerikil yang cukup unik. Batu ini jika digosok dengan keras dapat mengeluarkan api atau daya listrik yang mampu menawan cuilan kertas kecil. Topaz dipercaya selaku kerikil yang dapat menolak ancaman.

Belum berkembang

Kekayaan watu mulia yang terkandung nyaris di seluruh propinsi di Indonesia ini ternyata belum dimanfaatkan secara optimal. Permasalahannya antara lain terletak pada kurang tepatnya sistem dan tata cara training UKM. Sangat terbatasnya pusat kerajinan dan sentra industri batu mulia, menimbulkan para pengrajin susah memasarkan produknya, sehingga mereka terpaksa pergi ke kota-kota besar, dengan biaya perjalanan yang cukup mahal.

Hal ini diperparah oleh bebasnya eksploitasi dan ekspor materi mentah batu mulia dan fosil kayu yang sejak 15 tahun terakhir ini berlangsung tanpa kendali. Bahan mentah tersebut sebagian besar di ekspor ke Taiwan, Korea, Jepang, Hongong, Thailand, Amerika, bahkan Saudi Arabia. Padahal aktivitas ekspor seperti itu dengan tegas sudah tidak boleh pemerintah.

Untuk berkompetisi di pasar perhiasan internasional memang masih diharapkan upaya semua pihak, baik pengrajin, pengusaha sampai pemerintah. Antara lain dalam hal peningkatan kualitas, rancangan dan patokan penggosokan batu mulia untuk menghasilkan produk yang bisa diterima oleh industri tambahan.

Sumber: http://www.kompas.com/gayahidup/news/0605/22/220149.htm

seorang buruh yang kini kepincut dengan dunia blogging